Dalam lingkungan budaya patriarki yang dominan di berbagai negara, kisah menyentuh tentang seorang bapak di Tiongkok ini mampu memukau perhatian banyak insan.
Seorang pria berumur 32 tahun asli dari Provinsi Sichuan, bagian barat daya Tiongkok, yang populer secara online dengan julukan "Ayah Jasmine", telah menjelma jadi ikon bagi perlawanan ayah rumah tangga terhadap hambatan psikologis ketika bertanggung jawab atas pendidikan anaknya.
Mari Bunda baca tentang perjalanan Ayah Jasmine yang diambil dari sumber ini SCMP berikut ini.
Pengambilan keputusan penting: Mengorbankan pekerjaan demi anak
Ayah Jasmine merupakan seorang mantan manajer penjualan makanan hewan peliharaan yang dulunya memperoleh sekitar 20.000 yuan (US$2.800) sebulan. Namun, setelah kelahiran putrinya, Jasmine, ia memutuskan berhenti dari pekerjaannya demi mendampingi tumbuh kembang Si Kecil secara penuh. Sekarang ia hanya memperoleh 4.000 yuan dari penjualan produk bayi melalui siaran langsung ( live ).
Pilihan ini diambil dengan harapan untuk menyediakan hal terbaik bagi putranya; akan tetapi, dia tak sempat berpikir bahwa tindakan itu bakal mendatangkan akibat emosional yang signifikan. Di dalam klip video yang dipostingnya ke platform media sosial China, sang ayah dari Jasmine tanpa ragu menceritakan kisah kesulitan dirinya merawat Jasmine.
Terbangun pada pukul 6 subuh akibat suara tangis Jasmine, lalu persiapkan susu formula, gantikan popoknya, serta habiskan waktu berjam-jam untuk bermain bersama sebelum akhirnya bawa dia ke taman.
Sekitar pukul 17:00, ketika Jasmine sedang tertidur pulas, ia akhirnya memiliki kesempatan untuk memasak sekaligus merekam videonya. Ia sering kali kurang tidur lantaran bangun tiap tiga jam pada tengah malam guna merawat bayinya, sementara rasa sakit pada persendian muncul sebagai dampak dari stres saat menggendong sang buah hati. Tanpa disadarinya, depresi pasca melahirkan mulai menjalar padanya.
Depresi pasca melahirkan tidak hanya dialami oleh para ibu.
Depresi pasca melahirkan atau depresi setelah bersalin merupakan kondisi perubahan mood yang dialami oleh wanita usai mengalami proses kelahiran bayi, ditandai dengan rasa sedih, cemas, serta gangguan tidur berkelanjutan. Walaupun biasanya dianggap sebagai halangan bagi banyak ibu, ayah pun bisa jadi mengalaminya meski lebih jarang disoroti.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di General Psychiatry Sebanyak kira-kira 16 persen laki-laki di China menunjukkan tanda-tanda depresi pasca melahirkan bayi baru lahir. Gejalanya dapat mencakup keletihan yang bersifat jangka panjang, perasaan tidak berguna, mudah tersinggung, sampai hilangnya antusiasme pada aktivitas atau hal-hal yang biasanya disenangi.
Dalam video yang diunggahnya, sang bapak memberi tahu tentang pengalaman serta perasaannya itu. Dia menyebut dirinya agak senang bisa menjadi seorang ayah secara penuh waktu. Namun, dia juga menunjukkan rasa tertekan akibat ekspektasi keluarga dan lingkungan sosial lainnya, hingga pada akhirnya merasakan kehidupannya seperti tidak memiliki makna atau sia-sia.
Namun justeru lantaran ketulusan tersebut, tidak sedikit dari para pengguna internet yang menghargai serta menyemangati Bapak Jasmine. Ceritanya pun sudah mendorong berbagai perbincangan di platform-media sosial dan berhasil mendapatkan 4 juta tontonan.
Respons netizen
Postingan ayah Jasmine telah menarik simpati banyak orang di media sosial. Ia dikenal sebagai ‘ayah luar biasa’ oleh sejumlah besar pengguna internet dan menerima dukungan penuh. Tak sedikit pula yang ikut bercerita tentang kejadian mirip, membentuk tempat perlindungan di mana para ayah bisa bertukar motivasi satu sama lain.
"Kamu adalah seorang bapak, bukan seseorang yang merasakan mual di pagi hari, menjalani proses bedah Caesar, nyeri pada puting payudara, atau perubahan hormonal. Mengapa kamu justru merasa down?" tanya seorang komentator online.
Selagi yang lain menuangkan kata-kata menjadi, "Banyak orang cenderung melupakan bahwa bapak pun masih pemula dalam merawat anak. Bagi mereka ini merupakan kali pertama juga, tak jauh berbeda dengan ibu."
"Sebagai seorang bapak rumahan untuk kedua putra saya, saya berhasil menemukan harmoni di antara karier dan perawatan anak-anak, walaupun ini mengurangi aktivitas sosial saya. Prestasi tersebut membuat saya merasa sangat bersyukur," ungkapnya.
Cerita ini menekankan kebutuhan akan transformasi dalam memandang peranan seorang ayah serta penerimaan bahwa mereka pun memerlukan tempat untuk merasakan emosi, bertarung melawan kesulitan, dan proses penyembuhan. Kehidupan sang Ayah Jasmine memberi pelajaran kepada kita semua bahwa bapak juga adalah manusia biasa. Mereka dapat menjadi rentan, lelah, dan mengharuskan dirinya mendapatkan dukungan. Ceritanya telah menciptakan forum pembicaraan yang signifikan tentang aspek kesehatan jiwa para ayah muda, suatu subjek yang lama dianggap sebagai halangan bagi banyak orang.
Pilihan Redaksi
|
Untuk Bunda-bunda yang ingin berbagi pengalaman tentang parenting sambil mendapatkan banyak hadiah, mari bergabung dengan komunitas Share 2 CareSquad. Untuk mendaftar, silakan klik disini. SINI . Gratis!
Komentar
Posting Komentar