Berusaha positif ketika hidup lagi gak baik-baik aja pastinya sulit. Mau yakin kalau rejeki gak akan tertukar, tapi sadar masih banyak kandidat lain yang lebih bagus. Mau percaya pasti bisa dapet rejeki terbaik, tapi bertanya-tanya kenapa rejeki orang terlihat lebih melimpah.
Beberapa situasi mengharuskan kita untuk berpikir realistis, yang mau tidak mau membuat kita memikirkan kemungkinan terburuk. Berpikiran pesimis dan menjadi realistis, keduanya bisa terdengar mirip. Berikut enam perbandingan untuk bantu kamu membedakan keduanya.
1. Realistis fokus ke apa yang benar, pesimis mengasumsikan yang terburuk

Kenyataan memang gak selalu indah. Segala sesuatu gak selalu berjalan sesuai keinginan. Orang yang realistis mencoba melihat kenyataan secara apa adanya, tanpa berusaha memaksakan harapan positif yang palsu. Di sisi lain, orang dengan pemikiran pesimis cenderung fokus pada hal-hal yang bisa salah, meskipun tanpa ada bukti yang kuat.
2. Fokus pada mencari solusi secara realistis, sedangkan yang pesimis lebih menekankan pada masalahnya.

Saat berurusan dengan suatu permasalahan, individu yang bersifat realistis akan fokus pada penemuan solusi potensial. Di sisi lain, mereka yang memiliki pandangan negatif cenderung berkutat dalam pemikiran tentang aspek-aspek dari permasalahan tersebut, seperti faktor-faktor pemicunya atau kesalahan-kesalahan mana yang telah dibuat, tanpa upaya nyata untuk mendapatkan keberhasilan. Individu yang lebih condong kepada sikap realistis ini bertujuan untuk merumuskan strategi melalui pengertian akan apa yang sedang terjadi di sekitar mereka. Sebaliknya, orang-orang dengan pikiran pesimis menggunakan pemahaman mereka tentang situasi dan kondisi sebagai dasar untuk memberikan alasan atas segala sesuatu yang telah terjadi.
3. Orang yang realistis mencari masukan, sedangkan orang yang pesimis mencari dukungan.

Saat seseorang dengan pandangan realistis mengungkapkan suatu masalah, maksudnya biasanya diskusi dan mencari nasihat dari pihak lain. Sedangkan jika pendapat pesimis diekspresikan, intinya lebih kepada mendapatkan pengakuan tentang kesulitan yang dihadapi. Kedua belah pihak merindukan dukungan; namun, alasan mereka berbeda. Seseorang yang bersifat realistis cenderung mencari validasi agar tidak merasa sepi dalam mengejar harapan. Di sisi lain, individu yang bersikap pesimis umumnya butuh konfirmasi untuk meyakinkan diri bahwa bukan cuma mereka saja yang khawatir akan hal-hal negatif.
4. Orang yang realistis dapat menerima ketidaktentuan, sedangkan orang pesimis mengira segala sesuatu akan gagal.

Orang dengan pandangan realistis menyadari bahwa kehidupan tidak selalu dapat diprediksi dan mereka sudah bersiap untuk menghadapi hal tersebut. Di sisi lain, orang yang cenderung pesimis akan segera menarik kesimpulan, "karena tidak pasti, maka pasti gagal." Jika terlalu pesimis, kondisi negatif justru mungkin menjadi nyata hanya karena kita berhenti berusaha. Terkadang, situasi berkembang seperti yang telah kita bayangkan.
5. Bersikap realistis membuat kita berhati-hati, sedangkan bersikap pesimis bisa menyebabkan kemacetan.

Berprinsip realistis membantu orang membuat keputusan yang lebih tepat dengan mempertimbangkan risiko-risiko terlebih dahulu. Jika berpandangan pesimis, hal itu hanya akan menimbulkan ketakutan untuk bertindak dan tidak memberikan hasil apa pun. Penyebab timbulnya dua pandangan tersebut memiliki dasar yang berbeda. Pandangan realistis lahir dari harapan mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Di lain pihak, pemahaman pesimis datang dari rasa takut atau enggan dalam menyongsong situasi nyata.
6. Beda antara sasaran ketika menyampaikan umpan balikkritik

Orang dengan pandangan realistis seringkali menilai sesuatu dari sudut pandang kepentingan, sementara orang dengan pikiran pesimis cenderung berkomentar buruk karena kebutuhannya. Orang yang memiliki pemahaman realistis akan mencoba menyuarakan pendapatnya secara konstruktif demi kemajuan bersama dan pertumbuhan individu lainnya. Sebaliknya, orang yang berpandangan pesimis biasanya memberikan komentar negatif guna menerangi aspek-aspek kurang positif pada pihak lain agar bisa merasa lebih unggul atau puas terhadap kondisi dirinya sendiri. Tidak jarang juga bahwa apa yang disoroti oleh mereka adalah ekspresi ketidaksukaan atas karakteristik tersebut di dalam diri mereka sendiri.
Merasa pesimis sesekali tidak bisa dielakkan. Namun, penting juga untuk mengamati penyebabnya agar tetap berpandangan realistis. Jangan jadikan kepesiman sebagai jawaban hanya lantaran situasimu tengah sulit. Kehidupan begitu singkat untuk dibuang pada pemikiran-pemikiran negatif.
Komentar
Posting Komentar