Becoming an employee who just follows along might seem calm, not troublesome, and apparently "easy to work with." However, take a moment to ask yourself, are you truly comfortable? Or perhaps you often feel frustrated because your workload keeps increasing but recognition remains minimal, or maybe your ideas are frequently cut off by the most vocal person in the team. meeting Jika kamu merasakan hal tersebut, mungkin sudah waktunya untuk mempelajari cara menjadi lebih tegas dalam berkomunikasi.
Asertif tidak berarti menjadi agresif, ngomel-ngomel, apalagi gemar bertengkar hebat, lho. Asertif merujuk pada kemampuan untuk menyatakan pandangan, keperluan, atau batas-batas diri secara lugas namun masih menjaga kesopanan serta penghargaan kepada oranglain. Di lingkungan pekerjaan, sifat seperti ini sangatlah vital agar Anda tak selalu dikesampingkan atau hanya sebagai penambah beban saja. Ayo, kita bahas bagaimana caranya supaya Anda dapat menunjukkan sikap yang lebih asertif di tempat kerja!
1. Ketahui dahulu hak dan kewajibanmu sendiri

Bagaimana mungkin Anda menjadi assertive jika diri Anda sendiri tidak mengetahui apa yang sedang Anda perjuangkan? Sebelum mulai menyuarakan pendapat, penting bagi Anda untuk memahami terlebih dahulu prinsip-prinsip yang Anda yakini serta hak-hak Anda sebagia karyawan. Misalkan saja, Anda berhak mendapatkan waktu istirahat yang cukup, dipandang sebagai bagian dari tim, maupun memiliki peluang setara dalam pengembangan karier. Setelah paham dengan hal tersebut, Anda akan lebih mudah memberikan argumen ketika menghadapi situasi-situasi tak sesuai harapan. Seseorang yang sadar tentang nilai-nilainya sendiri cenderung enggak mudah goyah bahkan merasa bersalah ketika mereka menolak suatu permintaan yang melampaui batas kemampuan mereka.
Di samping itu, mengenali nilai-nilai pribadimu dapat membuatmu menjadi lebih percaya diri dalam bertindak. Hal ini membantu untuk tidak mudah merasa kurang sebanding atau berpikir 'siapa saya'. Dengan demikian, Anda akan menyadarinya bahwa sumbangan yang diberikan sangat bernilai, bukan hanya sebagai orang biasa saja. Ini bisa menjadi fondasi dasar bagi Anda untuk mulai mendiskusikan tentang batas-batas dan keperluanmu di lingkungan pekerjaan.
2. Tanggapi "tidak" secara halus dan berkelas

Nolak bukan berarti kamu gak kooperatif. Justru, bilang “tidak” di waktu yang tepat bisa nunjukkin kalau kamu tahu batas kemampuan dan prioritasmu. Tapi emang, gak semua orang enak diajak ngobrol soal penolakan. Makanya, penting buat nolak dengan cara yang sopan dan jelas, tanpa harus merasa bersalah.
Contohnya, Anda dapat mengatakan, "Mohon maaf, saya saat ini tidak bisa menerima tanggung jawab tersebut karena masih terdapat beban lain." deadline Yang perlu saya selesaikan dahulu. Namun, saya dapat membantu mencari solusi bersama." Dengan begitu, Anda masih tampak professional dan tidak mengganggu. Orang lain pun akan merespons dengan lebih baik. respect Karena Anda mengenal batasan diri Anda. Terlalu sering menyetujui semua permintaan dapat membuat Anda lelah sendirian dan orang lain mungkin menjadi tidak peduli. take you for granted .
3. Ajarkan bagaimana mengemukakan pandangan dengan tidak melanggar perasaan orang lain.

Memiliki pendapat atau gagasan namun sering kali disimpan sendirian? Sayang sekali! Tidak berarti Anda perlu menjadi orang paling bicara di ruangan tersebut. meeting Namun, mempelajari cara menyampaikan pendapat dengan efisien dapat membantumu mendapatkan penghargaan yang lebih besar dari tim. Tetapi pastikan untuk selalu bersikap sopan serta tidak merendahkan orang lain saat melakukannya.
Anda dapat memulainya dengan mengatakan, "Jika izinkan saya memberi masukan, bagaimana jika kita mencoba pendekatan ini?" Atau Anda juga bisa berkomentar, "Berdasarkan pemahaman saya, tersedia pilihan alternatif yang barangkali layak dipertimbangkan..." Ungkapan-ungkapan pembuka seperti itu akan membuat orang lain tidak merasa di serang. Secara bertahap, Anda pun dapat membiasakan diri untuk menyampaikan ide-ide tanpa perlu khawatir tentang penolakan atau kritikan.
Yang utama adalah kesiapanmu jika opini mu tidak serta-merta diresponpositikan. Bersikap tegas tak berarti kamu perlu selalu unggul, melainkan berani mengemukakan pemikiran secara sehat dan matang.
4. Perhatikan postur badan serta intonasi suaramu

Banyak kali perbedaan tidak hanya terletak pada kata-kata yang kita ungkapkan, melainkan bagaimana cara penyampaiannya. Anda mungkin memiliki argumentasi yang sangat logis, namun jika Anda berbicara dengan memandang ke bawah atau berkeliaran dalam suara karena takut, maka hal tersebut tentunya kurang meyakinkan. Oleh sebab itu, menjaga bahasa tubuh serta intonasi saat berkomunikasi sungguhlah penting agar pesan assertive-nya dapat dirasakan.
Buat posturmu tegap, pandanglah lawan bicaramu (tapi tanpa berkedip secara ekstrem ya), dan pakailah intonasi suara yang tegas namun tetap sopan. Hindari kebisingan yang begitu rendah sehingga sulit untuk didengar, serta hindari pula nada yang agresif seolah-olah sedang bersitegang. Ekspresikan bahasa tubuh yang positif sebagai indikator bahwa kamu benar-benar fokus, yakin, dan pantas mendapat penghargaan. Melalui proses latihan ini, lambat laun kamu akan merasa nyaman dan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dengan keyakinan diri yang tinggi dalam setiap situasi, baik saat berbicara dengan kolega, atasan, maupun klien.
Menunjukkan kepercayaan diri di lingkungan kerja tidak selalu tentang menjadi individu dengan suara tertajam atau kontrol penuh. Ini berkaitan dengan mengetahui kapan saatnya mengungkapkan pendapatmu, memutuskan kapan perlu menyuarakan ketegasan, serta mengerti kapan cukup sudah cukup. Keberanian berasal dari memiliki kendali atas diri sendiri, hal ini sangat vital agar Anda tidak hanya dilihat sebagai opsi kedua dalam pekerjaan. Setiap insan layak mendapatkan penghargaan dan kesempatan untuk disimak; bahkan Anda juga demikian! Mari kita mulai melatih kemampuan berbicara secara percaya diri. Lingkungan profesional yang baik mendorong adanya mereka yang dapat menjaga hak-hak dirinya.
Komentar
Posting Komentar